Minggu, 08 Mei 2011

Mengenal Implant, Kontrasepsi untuk wanita (Contraseptive for Female)

Karakteristik Implant
  • Dua kapsul tipis, fleksibel berisi levonorgestrel (LNG) yang disisipkan di bawah kulit lengan atas seorang wanita
  • Efektif  5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, atau Implanon
  • Nyaman
  • Dapat dipakai oleh semua Ibu dalam usia reproduksi
  • Pemasangan dan pencabutan oleh bidan/dokter terlatih
  • Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
  • Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan amenora
  • Aman dipakai pada masa laktasi
Cara Kerja
  • Lendir serviks menjadi kental
  • Menggangu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi
  • Mengurangi transportasi sperma
  • Menekan ovulasi
Efektifitas
Sangat efektif (kegagalan 0,2 - 1 kehamilan per 100 perempuan)

Keuntungan Kontrasepsi
  • Daya guna tinggi
  • Perlindungan jangka panjang (3 tahun untuk Jadena)
  • Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
  • Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
  • Bebas dari pengaruh estrogen
  • Tidak menggangu kegiatan senggama
  • Tidak menggangu ASI
  • Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
  • Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuha
Keuntungan Nonkontrasepsi
  • Mengurangi nyeri haid
  • Mengurangi jumlah darah haid
  • Mengurangi/memperbaiki anemia
  • Melindungi terjadinya kanker endometrium
  • Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
  • Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
  • Menurunkan angka kejadian endometriosis
Keterbatasan
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea.

Timbulnya keluhan-keluhan seperti :
  • Nyeri kepala, peningkatan/penurunan berat badan, nyeri payudara, mual-mual
  • Pening/pusing kepala, perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan
  • Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan
  • Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS
  • Klien tidak menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan
  • Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat-obat tuberkulosis atau obat epilepsi
  • Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 wanita pertahun)
Yang Boleh Menggunakan Implan
  • Wanita dalam usia reproduksi
  • Telah atau belum memiliki anak
  • Menginginkan kontrasepsi jangka panjang (3 tahun untuk Jadena)
  • Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
  • Pascapersalinan dan tidak menyusui
  • Pascakeguguran
  • Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak kontrasepsi mantap
  • Riwayat kehamilan ektopik
  • Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau amenia bulan sabit (sickle cell)
  • Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen
  • Sering lupa menggunakan pil
Yang Tidak Boleh Menggunakan Implan
  • Hamil atau diduga hamil
  • Perdarahan pervaginan yang belum diketahui penyebabnya
  • Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara
  • Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
  • Miom uterus dan kanker payudara
  • Ganguan toleransi glukosa
Peringatan khusus bagi Pengguna Implan
  • Terjadinya keterlambatan haid yang sebelumnya teratur, kemungkinan telah terjadi kehamilan
  • Nyeri perut bagian bawah yang hebat, kemungkinan terjadi kehamilan ektopik
  • Terjadi perdarahan banyak dan lama
  • Adanya nanah atau perdarahan pada bekas insersi (pemasangan)
  • Ekspulsi batang implan
  • Sakit kepala migran, sakit kepala berulang yang berta, atau penglihatan menjadi kabur
     
    Sumber: pkmionline
Segera hubungi dokter atau kinik bila Anda mendapatkan gejala-gejala di atas

Mengenal Alat Kontrasepsi IUD

Karakteristik kontrasepsi IUD
  • Sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun: CuT-380A)
  • Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak
  • Pemasangan dan pencabutan oleh tenaga medis (dokter atau bidan terlatih)
  • Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi
  • Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada Infeksi Menular
Cara Kerja IUD
  • Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
  • Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
  • AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi
Keuntungan Kontrasepsi IUD
  • Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan)
  • AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
  • Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)
  • Tidak mempengaruhi hubungan seksual
  • Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A
  • Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
  • Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
  • Dapat digunakan sampai manopouse
  • Tidak ada interaksi dengan obat-obat
  • Membantu mencegah kehamilan ekktopik
Kelemahan Kontrasepsi IUD
  • Efek samping umum terjadi:
    perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih sakit
  • Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)
  • Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
  • Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan
  • Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas
  • Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR
  • Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 - 2 hari
  • Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas
  • Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang segera setelah melahirkan)
  • Tidakmencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal
  • Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu.
Yang Boleh Menggunakan IUD
  • Usia reproduktif
  • Keadaan nulipara
  • Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
  • Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
  • Setelah melahirkan dan tidak menyusui
  • Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
  • Risiko rendah dari IMS
  • Tidak menghendaki metoda hormonal
  • Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
  • Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 - 5 hari senggama
  • Perokok
  • Gemuk ataupun kurus
Yang Tidak Diperkenankan Menggunakan
  • Sedang hamil
  • Perdarahan vagina yang tidak diketahui
  • Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
  • Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik
  • Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat mempengaruhi kavum uteri
  • Penyakit trofoblas yang ganas
  • Diketahui menderita TBC pelvik
  • Kanker alat genital
  • Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
  •  
Sumber: pkmionline

Senin, 02 Mei 2011

PARTOGRAF, dokumentasi pertolongan persalinan ibu

Pengertian
  • Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.
Tujuan utama dari penggunaan partograf 
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
  1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
  2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama (Depkes RI, 2007).
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu penolong persalinan untuk:
  1. Mencatat kemajuan persalinan.
  2. Mencatat kondisi ibu dan janinnya.
  3. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
  4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi adanya penyulit.
  5. Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu
Penggunaan Partograf
  1. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit. Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan pe¬nyulit.
  2. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll).
  3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (Spesialis Obgin, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran).
  4. Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (Prawirohardjo, 2002).
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu:
  1. Denyut jantung janin setiap 1/2 jam
  2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 1/2 jam
  3. Nadi: setiap 1/2 jam
  4. Pembukaan serviks setiap 4 jam
  5. Penurunan: setiap 4 jam
  6. Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam
  7. Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam
Pencatatan selama fase aktif persalinan
  • Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pe¬meriksaan selama fase aktif persalinan, termasuk:
1). Informasi tentang ibu:
  • Nama, umur.
  • Gravida, para, abortus (keguguran).
  • Nomor catatan medis/nomor puskesmas.
  • Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu).
  • Waktu pecahnya selaput ketuban.
2).Kondisi janin:
  • DJJ;
  • Warna dan adanya air ketuban
  • Penyusupan (molase) kepala janin

3).Kemajuan persalinan:
  • Pembukaan serviks
  • Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin
  • Garis waspada dan garis bertindak
4).Jam dan waktu:
  • Waktu mulainya fase aktif persalinan
  • Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
5).Kontraksi uterus:
  • Frekuensi dan lamanya
6).Obat-obatan dan cairan yang diberikan:
  • Oksitosin
  • Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
7).Kondisi ibu:
  • Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
  • Urin (volume, aseton atau protein)
8).Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan).

Mencatat temuan Partograf
1. Informasi tentang ibu
  • Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai: "jam" pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban.
2). Kesehatan dan kenyamanan janin
  • Kolom, lajur dan skala angka pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin).
a). Denyut jantung janin
  • Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian Pemeriksaan fisik, nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini, menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak terputus.
  • Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal angka 180 dan 100. Tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160. Untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran nor¬mal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf.
b). Warna dan adanya air ketuban
  • Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini:
  1. U : Ketuban utuh (belum pecah)
  2. J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
  3. M:Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
  4. D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
  5. K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban ("kering")
  • Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau >180 kali per menit), ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai. Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.

c). Molase (penyusupan kepala janin)
  • Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuai¬kan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau tum¬pang tindih, menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul (CPD). Keti¬dakmampuan akomodasi akan benar-benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan.
  • Apabila ada dugaan disproprosi tulang panggul, penting sekali un¬tuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai.
  • Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin. Catat temuan di kotak yang sesuai (Gambar 2-6) di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini:
  • 0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
  • 1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
  • 2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan
  • 3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan

3). Kemajuan Persalinan
  • Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Masing-masing angka mempunyai lajur dan kotak tersendiri. Setiap angka/kotak menunjukkan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu dengan kotak yang lain pada lajur diatasnya, menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka 1-5 juga menunjukkan seberapa jauh penurunan janin. Masing-masing kotak di bagian ini menya¬takan waktu 30 menit.
a. Pembukaan serviks
  • Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-¬tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil te¬muan dari setiap pemeriksaan. Tanda "X" harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan-temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda "X" dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).
b. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
  • Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan fisik di bab ini. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering jika ada tanda¬-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi janin.
  • Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Tapi kadangkala, turunnya bagian terbawah/presen¬tasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviks sebesar 7 cm.
  • Kata-kata "Turunnya kepala" dan garis tidak putus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda "" pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5, tuliskan tanda "" di nomor 4. Hubungkan tanda "" dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
c. Garis waspada dan garis bertindak
  • Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam. 
  • Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dll.). 
  • Pertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang mampu menangani penyulit dan kegawat daruratan obstetri. 
  • Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan per¬salinan harus dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
4). Jam dan waktu
a..Waktu mulainya fase aktif persalinan
  • Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
b..Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
  • Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. 
  • Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya. 
  • Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan pembukaan serviks di garis waspada. 
  • Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika pemeriksaan dalam menunjukkan ibu mengalami pem¬bukaan 6 cm pada pukul 15.00, tuliskan tanda "X" di garis waspada yang sesuai dengan angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu di bawahnya (kotak ketiga dari kiri).
5). Kontraksi uterus
  • Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan "kontraksi per 10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
  • Nyatakan lamanya kontraksi dengan:
  1. Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik.
  2. Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40 detik.
  3. Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik.
6). Obat-obatan yang diberikan
  • Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksi¬tosin, obat-obat lainnya dan cairan IV
a). Oksitosin.
  • Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksi¬tosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
b). Obat-obatan lain dan cairan IV
  • Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
7). Kesehatan dan kenyamanan ibu
  • Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan ibu.
a. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
  • Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
  1. Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan. (lebih sering jika dicurigai adanya penyulit). Beri tanda titik pada kolom waktu yang sesuai ().
  2. Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika dianggap akan adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.
  3. Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika meningkat, atau dianggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.

b. Volume urin, protein atau aseton
  • Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya ase¬ton atau protein dalam urin.

8). Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
  • Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom parto¬graf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.
  • Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinik mencakup:
  1. Jumlah cairan per oral yang diberikan.
  2. Keluhan sakit kepala atau pengelihatan (pandangan) kabur.
  3. Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan, dokter umum).
  4. Persiapan sebelum melakukan rujukan.
  5. Upaya Rujukan.
Pencatatan pada lembar belakang Partograf
  • Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir). 
  • Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai Catatan Persalinan. 
  • Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala empat untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang se¬suai. 
  • Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama pada pe¬mantauan kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain itu, catatan persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai/memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang dan bersih aman.
Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut:
  1. Data dasar
  2. Kala I
  3. Kala II
  4. Kala III
  5. Bayi baru lahir
  6. Kala IV
Cara pengisian:
  • Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap pemeriksaan, lembar belakang partograf ini diisi setelah seluruh proses persalinan selesai. Adapun cara pengisian catatan persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih terinci disampai¬kan menurut unsur-unsurnya sebagai berikut.
1). Data dasar
  • Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi data pada masing-masing tempat yang telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
2). Kala I
  • Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada, masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut.
3). Kala II
  • Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya.
4). Kala III
  • Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya, isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
5). Bayi baru lahir
  • Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan ter¬pilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda ada kotak di samping jawaban yang sesuai.
6). Kala IV
  • Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus, kan¬dung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama untuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan pascapersalinan. Pengisian peman¬tauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil pemeriksaan dan Jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah disediakan (Depkes RI, 2007).

DAFTAR PUSTAKA
  1. Ida Bagus Gde Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : ECG
  2. JNPK-KR, 2007. Asuhan Persalinan Normal, Jakarta : JHPIEGO
  3. Saifuddin Abdul Bari, 2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Matrenal dan Neonatal,Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
  4. Menteri Kesehatan, 2009. Temu Kader Posyandu : Kementrian Kesehatan Republic Indonesia (diakses pada tanggal 23 Maret 2010)
  5. Supriadi Pawik, 2010. Angka Kematian Ibu dan Bayi : Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim (diakses pada tanggal 23 Maret 2010)
  6. Ulfa, Ida Nikmatul, 2010. Kasus Kematian Ibu Sangat Mengkhawatirkan. Jombang: Jawa Pos (diakses pada tanggal 23 Maret 2010)

Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak/Balita Melalui KMS

Pengertian
  • Deteksi dini tumbuh kembang anak / balita adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah.
  • Dengan ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan.
  • Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik(anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak ) sel-sel tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel, jadi pertumbuhan lebih ditekankan pada pertambahan ukuran fisik seseorang yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti pertambahan ukuran beratbadan, tinggi badan, dan lingkar kepala.(IDAI, 2002)
  • Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (Depkes RI, 2005).
  • Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dari struktur / fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirkan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ – organ dan sistemnya yang terorganisasi (IDAI, 2002)
  • Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialasi dan kemandirian (Depkes RI, 2005).

Cara deteksi tumbuh kembang anak
Mendeteksi tumbuh kembang pada anak diantaranya :
  • Pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri ini dapat meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan , lingkar kepala dan lingkar lengan atas
  • Pengukuran berat badan. Pengukuran berat badan ini bagian dari antropometri yang digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yg ada pada tubuh
  • Pengukuran tinggi badan. Pengukuran ini merupakan bagian dari pengukuran antropometrik yang digunakan untuk menilai status perbaikan gizi di samping factor genetik
Pertumbuhan dan perkembangan anak :
  • Anak pada usia 3-6 bulan mengangkat kepala dengan tegak pada posisi telungkup.
  • Anak pada usia 9-12 bulan berjalan dengan berpegangan.
  • Anak pada usia 12-18 bulan minum sendiri dari gelas tanpa tumpah.
  • Anak pada usia 18-24 bulan mencorat-coret dengan alat tulis.
  • Anak pada usia 2-3 tahun berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan, melepas pakaian sendiri.
  • Anak pada usia 3-4 tahun mengenal dan menyebutkan paling sedikit 1 warna.
  • Anak pada usia 4-5 tahun mencuci dan mengeringkan tangan tanpa bantuan (Depkes RI, 2005).

Tujuan ilmu tumbuh kembang
  1. Sebagai upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik, mental dan sosial
  2. Menegakkan diagnosis dini setiap kelainan tumbuh kembang
  3. Kemungkinan penanganan yang efektif
  4. Mencari penyebab dan mencegahnya

Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang balita
  • Faktor Herediter (Keturunan). Faktor herediter merupakan factor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang anak, factor herditer meliputi factor bawaan, jenis kelamin, ras, dan suku bangsa. Pertumbuhan dan perkembangan anak dengan jenis kelamin laki-laki setelah lahir akan cenderung cepat dibandingkan dengan anak perempuan serta akan bertahan sampai usia tertentu. Baik anak laki-laki atau anak perempuan akan mengalami pertumbuhan yang lebih cpat ketika mereka mencapai masa pubertas. (Alimul, 2008 : 11)
  • Faktor Lingkungan. Faktor lingkungan merupakan factor yang memegang peranan penting dalam menentukan tercapai atau tidaknya potensi yang sudah dimiliki. Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan prenatal (yaitu lingkungan dalam kandungan) dan lingkungan postnatal (yaitu lingkungan setelah bayi lahir) Faktor lingkungan secara garis besar dibagi menjadi :
1). Faktor lingkungan prenatal
  • Gizi pada waktu ibu hamil
  • Zat kimia atau toksin
  • Hormonal
2)Faktor lingkungan postnatal
a). Budaya lingkungan
  • Dalam hal ini adalah budaya dalam masyrakat yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, budaya lingkungan dapat menentukan bagaimana seseorang mempersepsikan pola hidup sehat
b). Status sosial ekonomi
  • Anak dengan keluaraga yang memiliki sosial ekonoi tinggi umumnya pemenuhan kebutuhan gizinya cukup baik dibandingkan dengan anak dengan sosial ekonomi rendah
c). Nutrisi
  • Nutrisi menjadi kebutuhan untuk tunbuh dan berkembang selama masa pertumbuhan, dalam nutrisi terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air
d). Iklim dan cuaca
  • Pada saat musim tertentu kebutuhan gizi dapat dengan mudah diperoleh namun pada saat musim yang lain justru sebaliknya, sebagai contoh pada saat musim kemarau penyediaan air bersih atau sumber makanan sangatlah sulit
e). Olahraga atau latihan fisik
  • Dapat memacu perkembanagn anak karena dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga suplai oksigen ke seluruh tubu dapat tertur serta dapatmeningkatkan stimulasi perkembangan tulang, otot, dan pertumbuhan sel lainnya
f). Posisi anak dalam keluarga
  • Secara umum anak pertama memiliki kemampuan intelektual lebih menonjol dan cepat berkembang karena sering berinteraksi dengan orang dewasa namun dalam perkembangan motoriknya kadang-kadang terlambat karena tidak ada stimulasi yang biasanya dilakukan saudara kandungnya, sedangkan pada anak kedua atau tengah kecenderungan orang tua yang sudah biasa dalam merawat anak lebih percaya diri sehingga kemamapuan anak untuk berdaptasi lebih cepat dan mudah meski dalm perkembangan intelektual biasanya kurang dibandingkan dengan ank pertamanya
g). Status kesehatan
  • Apabila anak berada dalam kondisi sehat dan sejahtera maka percepatan untuk tumbuh kembang menjadi sangat mudah dan sebaliknya.contoh apabila anak mempunyai penyakit kronis yang ada pada diri anak maka pencapaian kemampuan untuk maksimal dalam tumbuh kembang akan terhambat karena anak memiliki masa kritis

3). Factor hormonal
  • Factor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anakantara lain hormone somatotropin, tiroid dan glukokortikoid. Hormone somatotropin (growth hormone) berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan dengan menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilgo dan system skeletal, hormone tiroid berperan menstimulasi metabolism tubuh. Hormone glukokortiroid mempunyai fungsi menstimulasi pertumbuhan sel intertisial dari testis (untuk memproduksi testosteron) dan ovarium (untuk memproduksi estrogen), selnjutnya hormone tesebut menstimulasi perkembangan seks, baik pada anak laki-laki maupun perempua yang sesuai dengan peran hormonnya (wong 2000) (Alimul, 2008 : 13)
 
Tahap pencapaian tumbuh kembang anak
1. Masa prenatal
  • Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus, pada fase embrio pertumbuhan mulai dari konsepsi hingga 8 minggu pertama ,pada minggu kedua terjadi pembelahan sel dan terjadi pemisahan jaringan antara entoderm dan ectoderm pda minggu ketiga terbentuk lapisan mesoderm
2. Masa postnatal
  • Pertumbuhan atau perkembangan postnatal dikenal dengan pertumbuhan dan perkembangan setelah lahir ini diawali dengan masa neonates (0-28hari) yang merupkan masa terjadi kehidupan yang baru dalam ekstra uteri yaitu adanya proses adaptasi semua sistem organ tubuh. (Alimul, 2008 : 13)

Ciri-ciri tumbuh kembang anak / balita
1. Perkembangan menimbulkan perubahan
  • Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan misal, perkembangan intelgensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf
2. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya
  • Setiap anak tidak akan bis melewati tahapan sebelumnya misal, seorang anak tidak bias berdiri jika pertumbuhan kaki dan tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat karena perkembangan awal merupakn masa kritis untuk menentukan perkembangan selanjutnya
3. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
  • Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatn yng berbeda baik perkembangan fisik maupun fungsi organ
4. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
  • Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.
5. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
  • Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut 2 hukum:
  1. Perkembangan terjadi dahulu di daerah kepala kemudian menuju arah anggota tubuh
  2. Perkembang antropometri terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembng ke bagin distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimosdital)

6. Perkembangan memiliki tahap yan berurutan
  • Misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak anak mampu berdiri sebelum berjalan.(Depkes, 2005 : 4)

Aspek pertumbuhan dan perkembangan anak
Ada 4 aspek tumbuh kembang yang perlu dibina atau dipantau :
  1. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dengan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar sperti duduk, berdiri, dsb
  2. Gerak halus atau motorik halus adala aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat sperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dsb
  3. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dsb
  4. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dsb (Depkes, 2005)

KARTU MENUJU SEHAT BALITA
Pengertian.
  • Kartu Menuju Sehat untuk Balita (KMS-Balita) adalah kartu yang memuat data pertumbuhan anak, yang dicatat setiap bulan dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun (Depkes Jawa Timur, 2005)
  • (Kartu Menuju Sehat) untuk Balita adalah suatu kartu / alat penting yang digunakan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak . (Nursalam, 2005 : 68 ).
  • KMS yaitu kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indicator perkembangan yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang balitasetiap bulannya dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun (dapat diartikan sebagai rapor kesehatan dan gizi) (Depkes RI, 1996). (Nursalam, 2005 : 68 )

Tujuan penggunaan KMS
  1. Sebagai alat bantu bagi ibu atau orang tua untuk memantau tingkat pertumbuhan dan tingkat perkembangan yang optimal
  2. Sebagai alat bantu untuk memantau dan menentukan tindakan yang diperlukan untuk mewujudkan tumbuh kembang yang optimal
  3. Mengatasi malnutrisi di masyarakat secara efektif dengan peningkatan pertumbuhan yang memadai (promotivea) (Nursalam, 2005 : 68 )

Manfaat KMS
  1. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi: pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vit A, ASI eksklusif, dan makanan pendamping ASI
  2. Sebagai media penyuluhan bagi orang tua mengenai kesehatan balita
  3. Sebagai sarana pemantauan yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi terbaik bagi balita
  4. Sebagai kartu analisis tumbuh kembang balita (Nursalam, 2005 : 68 ).

Penyuluhan balita yang mengacu pada KMS :
  1. Jadwal pemberian imunisasi dan manfaatnya
  2. Cara membina pertumbuhan anak yang baik
  3. Pemberian ASI eksklusif ( 0-6 bulan )
  4. Pemberian makanan pendamping ASI untuk bayi diatas 6 bulan sampai 2 tahun
  5. Merawat kesehatan gigi dan mulut
  6. Gizi dan pemberian vitamin A untuk balita
  7. Perkembangan anak dan latihan yang perlu diberikan sesuai dengan usia anak
  8. Pertolongan pertama pada anak diare (Depkes Jawa Timur, 2005)

Isi dari KMS antara lain :
  1. Tentang pertumbuhan
  2. Perkembangan anak/Balita
  3. Imunisasi
  4. Penanggulangan diare
  5. Pemberian kapsul vitamin A dan kondisi kesehatan anak
  6. Pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI
  7. Pemberian makanan anak/Balita dan rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
  8. Berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tentang kesehatan anaknya (Depkes RI, 2000).

Cara Memantau Pertumbuhan Balita
  • Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan dengan sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya. Grafik pertumbuhan dalam KMS terdiri dari garis merah, pita warna kuning, hijau tua dan hijau muda. (Depkes RI, 2000)
a). Balita naik berat badannya bila :
  1. Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna, atau
  2. Garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna diatasnya.





b). Balita tidak naik berat badannya bila :
  1. Garis pertumbuhannya turun, atau
  2. Garis pertumbuhannya mendatar, atau
  3. Garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna dibawahnya


c). Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

d). Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak naik (3T), artinya balita mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

e). Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulannya.

f). Balita sehat, jika : Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna atau pindah ke pita warna diatasnya.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Depkes, RI. (2000). Referensi Kesehatan. http://creasoft.wordpress.com. Diakses pada tanggal 14 juni 2010
  2. Dinkes Jateng. (2007). Cakupan DDTK provinsi. http:// Jawa Tengah.go.id.bapermas/standard/adds/revitalisasi%.html. Diakses pada tanggal 14 juni 2010
  3. Giatno, Bamabang. (2005). Buku Pegangan Kader Posyandu. Jawa Timur : Dinas Kesehatan
  4. Mudjianto, T. (2003). Efektifitas KMS Anak Balita Sebagai Sarana Penyuluhan Gizi di Posyandu. http://digilib.litbang.depkes.go.id. Diakses tanggal 14 juni 2010
  5. Nursalam. (2005). Ilmu kesehatan anak. Jakarta : Salemba Medika
  6. Siahaan, R. (2005). Pelaksanaan Program Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita di Posyandu. http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index. Diakses tanggal 14 juni 2010
  7. Sri Astuti. (2005). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayananan Kesehatan Dasar. Jakarta : Departemen kesehatan Republik Indonesia
  8. Zulkifli. (2003). Posyandu dan Kader Kesehatan. Pelaksanaan Program Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita di Posyandu. http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index. Diakses tanggal 14 juni 2010
Sumber: Tulisan Dr. Suparyanto, M.Kes dengan perubahan

Minggu, 01 Mei 2011

Agenda Pelatihan Jabfung Kesehatan

Pelatihan Coaching bagi Bidan Koordinator Puskesmas
Tanggal : 03 Oktober 2011 s/d 06 Oktober 2011
Pukul :
Tempat : UPT Latkesmas Murnajati Lawang

Pelatihan Jabfung Ahli Gizi
Tanggal : 12 September 2011 s/d 20 September 2011
Pukul :
Tempat : UPT Latkesmas Murnajati Lawang

Pelatihan Jabfung Adminkes
Tanggal : 05 September 2011 s/d 13 September 2011
Pukul :
Tempat : UPT Latkesmas Murnajati Lawang

Pelatihan Jabfung Epidemiologi
Tanggal : 18 Juli 2011 s/d 26 Juli 2011
Pukul :
Tempat : UPT Latkesmas Murnajati Lawang

Pelatihan Leadership, Communication Interpersonal and Caracter Building bagi Bidan Puskesmas
Tanggal : 04 Juli 2011 s/d 07 Juli 2011
Pukul :
Tempat : UPT Latkesmas Murnajati Lawang

Pelatihan Jabfung Epidemiolagi
Tanggal : 26 Juni 2011 s/d 05 Juli 2011
Pukul :
Tempat : UPTLatkesmas Murnajati Lawang

Pelatihan TNA Bagi Pengelola Pelatihan Kabupaten / Kota
Tanggal : 20 Juni 2011 s/d 24 Juni 2011
Pukul :
Tempat : UPT Latkesmas Murnajati Lawang

Pelatihan penyelenggaaraan Pelatihan ( TOC ) bagi Penggelola Pelatihan Kabupaten/ Kota di JATIM
Tanggal : 13 Juni 2011 s/d 17 Juni 2011
Pukul :

: UPT Latkesmas Murnajati Lawang  » Daftar Agenda Kegiatan

Pelatihan Jabfung Ahli Sanitarian
Tanggal : 06 Juni 2011 s/d 14 Juni 2011
Pukul :
Tempat : UPT Latkesmas Murnajati Lawang

Pelatihan Neuro Lingistic Program ( NLP ) for Effective Communication
Tanggal : 23 Mei 2011 s/d 26 Mei 2011
Pukul :
Tempat : UPT Latkesmas Murnajati Lawang

Pelatihan Akreditasi Pelatihan bagi Pengelola Pelatihan Kabupaten/ Kota
Tanggal : 09 Mei 2011 s/d 13 Mei 2011
Pukul :
Tempat : UPT Latkesmas Murnajati Lawang

Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan Haji Indonesia
Tanggal : 02 Mei 2011 s/d 05 Mei 2011
Pukul :
Tempat : UPT Latkesmas Murnajati Lawang

Pelatihan Jabfung Bidan Ahli
Tanggal : 25 April 2011 s/d 03 Mei 2011
Pukul :
Tempat : UPT Latkesmas Murnajati Lawang

Pelatihan Jabfung Penyuluh
Tanggal : 28 Maret 2011 s/d 05 April 2011
Pukul :
Tempat : UPT Latkesmas Murnajati Lawang
   

Pelatihan Jabfung Epidemiologi

Judul : Pelatihan Jabfung Epidemiologi
Tanggal : 18 Juli 2011 s/d 26 Juli 2011
Pukul :
Jumlah peserta : 30 orang/1 AK

  Kriteria Peserta
  1. Ada formasi untuk jabatan fungsional epidemiolg
  2. Prioritas untuk pengangkatan pertama yang saat ini sebagai pengelola program epidemiologi minimal 1 tahun
  3. Pendidikan minimal S1 kesehatan ( SKM, dr, M.kes, M.Epid, M.PH, M.Sc, )
  4. Direncanakan yang bersangkutan sebagai penilai Jabfung Epidemiologi di Kab/ Kota
  5. Maksimal usia 50 tahun
  6. Dalam 2 tahun ke depan masih sebagai pengelola program Epidemiologi
  7. Belum pernah mengikuti pelatihan Jabfung Epidemiologi Ahli
  8. Pangkat minimal Penata Mud, Gol IIIa
Tempat dan Informasi lebih lanjut : UPT Latkesmas Murnajati Lawang  

Selasa, 26 April 2011

Program Surveilans Puskesmas

Pengertian
Istilah Surveillance sebenarnya berasal dari bahasa perancis yang berarti mengamati tentang sesuatu, Istilah ini awalnya dipakai dalam bidang penyelidikan/intelligent untuk memata-matai orang yang dicurugai, yang dapat membahayakan. Menurut The Centers for Disease Control (CDC) Surveilans kesehatan masyarakat adalah “The on-going systematic Collection, analysis and interpretation of Health data essential to the planning, implementation, and evaluation of public health practice, closely integrated with the timely dissemination of these data to those who need to know. The final link of the surveillance chain is the application of these data to prevention and control.

Surveilans merupakan salah satu kegiatan di bidang kesehatan  yang memberikan informasi awal mengenai kejadian suatu penyakit. Surveilan bisa diibaratkan ujung tombak, mata-mata ataupun spion untuk mengamati suatu fenomena. Dimana fenomena ini merupakan titian garis merah yang akan membuka suatu  misteri kejadian untuk menentukan tindak lanjut yang akan diambil untuk memecahkan suatu permasalahan.  Berikut ini merupakan beberapa pengertian dari suveilans :

Menurut WHO dalam www.surveilan.org, surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Oleh karena itu perlu di kembangkan suatu definisi surveilans epidemiologi yang lebih mengedepankan analisis atau kajian epidemiologi serta pemanfaatan informasi epidemiologi, tanpa melupakan pentingnya kegiatan pengumpulan dan pengolahan data.

Sedangkan menurut Last (2001), surveilan epemiologi adalah : Pengumpulan, pengolahan, analisis data kesehatan secara sistematis dan terus menerus, serta diseminasi informasi tepat waktu kepada pihak-pihak yang perlu mengetahui sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
Dalam sistem ini yang dimaksud dengan surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang  mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. (www.surveilan.org)

Sistem surveilans epidemiologi merupakan tatanan prosedur penyelenggaraan surveilans epidemiologi yang terintegrasi antara unit-unit penyelenggara surveilans dengan laboratorium, sumber-sumber data, pusat penelitian, pusat kajian dan penyelenggara program kesehatan, meliputi tata hubungan surveilans epidemiologi antar wilayah kabupaten/kota, Propinsi dan Pusat.

Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai sebab, oleh karena itu secara operasional masalah-masalah kesehatan tidak dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan sendiri, diperlukan tatalaksana terintegrasi dan komprehensif dengan kerjasama yang harmonis antar sektor dan antar program, sehingga perlu dikembangkan subsistem surveilans epidemiologi kesehatan yang terdiri dari Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular, Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan, dan Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra. 

Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular. Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes)  No. 1479 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu, Jenis penyakit yang termasuk didalam Surveilans Terpadu Penyakit di Puskesmas meliputi kolera, diare, diare berdarah, tifus perut klinis, TBC paru BTA (+), tersangka TBC paru, kusta PB, kusta MB,campak, difteri, batuk rejan, tetanus, AFP, hepatitis klinis, malaria klinis, malaria vivax, malaria falsifarum, malaria mix, demam berdarah dengue, demam dengue, pneumonia, sifilis, gonorrhoe, frambusia, filariasis, dan influenza.

Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular. Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular antara lain :

Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku.  
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor resiko untuk mendukung program penyehatan lingkungan. Surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan dan perilaku, meliputi:
  • Sarana air bersih
  • Tempat-tempat umum (TTU)
  • Pemukiman dan lingkungan   perumahan
  • Limbah industri, rumah sakit
  • Vektor penyakit
  • Kesehatan dan keselamatan kerja
  • Rumah Sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain, termasuk infeksi nasokomial
  • Perilaku merokok
  • Pola makan diet
  • Aktivitas fisik

    Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan.  
    Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor resiko untuk mendukung program-program kesehatan tertentu. Surveilan epidemiologi  masalah kesehatan, meliputi:

    Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra.  
    Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor resiko untuk upaya mendukung program kesehatan matra. Survelans epidemiologi masalah matra, meliputi:

    Manfaat Surveilans Puskesmas
    Adapun manfaat Surveilans Epidemiologi  adalah:
    • Deteksi Perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya
    • Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit
    • Identifikasi kelompok risiko tinggi menurut waktu, orang dan tempat
    • Identifikasi factor risiko dan penyebab lainnya
    • Deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi
    • Dapat memonitoring kecenderungan penyakit endemis
    • Mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologinya
    • Memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan pelayanan kesehatan dimasa datang
    • Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas dan prioritas sasaran program pada tahap perencanaan

    Kegiatan Pokok Surveilans Puskesmas
    • Pengumpulan data
    • Tabulasi dan analisis data
    • Penyebarluasan hasil dan informasi

    Sumber data Surveilans Puskesmas
    1. Laporan (catatan/registrasi) 
      • Kematian
      • Kesakitan
      • Laboratorium
      • Kejadian Luar Biasa/Wabah
      • Kasus individu
      • Laporan penelitian (eksperimen atau observasi) 
    2. Survei khusus terhadap penyakit tertentu atau screening
    3. Laporan vector binatang (reservoir)
    4. Data lingkungan (sanitasi, geografi termasuk curah hujan, ketinggian, dll)
    5. Data penduduk (termasuk social budaya, komposisi umur, dll)

    Peran dan Mekanisme Kerja Surveilans Terpadu Penyakit (STP) di Puskesmas
    • Pengumpulan dan Pengolahan Data. Unit surveilans Puskesmas mengumpulkan dan mengolah data STP Puskesmas harian bersumber dari register rawat jalan & register rawat inap di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, tidak termasuk data dari unit pelayanan bukan puskesmas dan kader kesehatan. Pengumpulan dan pengolahan data tersebut dimanfaatkan untuk bahan analisis dan rekomendasi tindak lanjut serta distribusi data.
    • Analisis serta Rekomendasi Tindak Lanjut. Unit surveilans Puskesmas melaksanakan analisis bulanan terhadap penyakit potensial KLB di daerahnya dalam bentuk tabel menurut desa/kelurahan dan grafik kecenderungan penyakit mingguan, kemudian menginformasikan hasilnya kepada Kepala Puskesmas, sebagai pelaksanaan pemantauan wilayah setempat (PWS) atau sistem kewaspadaan dini penyakit potensial KLB di Puskesmas. Apabila ditemukan adanya kecenderungan peningkatan jumlah penderita penyakit potensial KLB tertentu, maka Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi dan menginformasikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Unit surveilans Puskesmas melaksanakan analisis tahunan perkembangan penyakit dan menghubungkannya dengan faktor risiko, perubahan lingkungan, serta perencanaan dan keberhasilan program. Puskesmas memanfaatkan hasilnya sebagai bahan profil tahunan, bahan perencanaan Puskesmas, informasi program dan sektor terkait serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 
    • Umpan Balik. Unit surveilans Puskesmas mengirim umpan balik bulanan absensi laporan dan permintaan perbaikan data ke Puskesmas Pembantu di daerah kerjanya
    • Laporan. Setiap minggu, Puskesmas mengirim data PWS penyakit potensial KLB ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagaimana formulir PWS KLB. Setiap bulan, Puskesmas mengirim data STP Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan jenis penyakit dan variabelnya sebagaimana formulir STP.PUS. Pada data PWS penyakit potensial KLB dan data STP Puskesmas ini tidak termasuk data unit pelayanan kesehatan bukan puskesmas dan data kader kesehatan. Setiap minggu, Unit Pelayanan bukan Puskesmas mengirim data PWS penyakit potensial KLB ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
    Penutup
    Inti kegiatan surveilans pada Akhirnya adalah bagaimana data yang sudah dikumpulkan, dianalisis, dan dilaporkan ke stakeholder atau pemegang kebijakan untuk ditindaklanjuti dalam pembuatan program intervensi yang lebih baik untuk menyelesaikan masalah kesehatan di Indonesia.

    Selamat Datang di Kelas Ibu Hamil

    Tentang Kami

    Jl Mangkusari No.4 Kutosari, Kec. Kebumen, Kebumen, Jawa Tengah, INDONESIA

    Pengikut