Senin, 28 Februari 2011

Upaya Kesehatan Kerja

Pendahuluan
ILO dan WHO (1995) menyatakan Kesehatan Kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja disemua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya.

Kebijakan Umum
Selanjutnya dinyatakan bahwa fokus utama Kesehatan Kerja, yaitu:
  • Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pekerja dan kapasitas kerja.
  • Perbaikan lingkungan kerja dan pekerjaan yang mendukung keselamatan dan kesehatan.
  • Pengembangan organisasi kerja dan budaya kerja kearah yang mendukung kesehatan dan keselamatan di tempat kerja, juga meningkatkan suasana sosial yang positif dan operasi yang lancar serta meningkatkan produktivitas perusahaan.

Upaya khusus kesehatan kerja
Departemen Kesehatan telah menetapkan upaya khusus kesehatan kerja sebagai bagian dari pembangunan bidang kesehatan yang sejak tahun 1998 dicanangkan dengan paradigma sehat. Pencanangan paradigma sehat ini sejalan dengan pembangunan berwawasan lingkungan serta pengembangan tenaga kesehatan kerja mempunyai implikasi luas baik secara mikro maupun makro.

Potensi munculnya berbagai penyakit akibat kerja yang daiami pekerja akan merugikan perusahaan dari segi biaya kesehatan, absen kerja yang pada ujungnya mengganggu produktivitas kerja. Perhatian yang baik pada kesehatan kerja dan perlindungan risiko bahaya di tempat kerja menjadikan pekerja dapat lebih nyaman dalam bekerja. Dalam Undang-undang No. 23 tahun 1992 pasal 23 dinyatakan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja.
Dalam Permenaker No. 3 tahun 1982 disebutkan tugas pokok kesehatan kerja antara lain:
  • Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja
  • Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
  • Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitasi
  • Pembinaan dan pengawasan perlengkapan kesehatan kerja
  • Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat kerja
  • Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada pengurus
  • Memberikan saran dan masukan kepada manajemen dan fungsi terkait terhadap permasalahan yang berhubungan dengan aspek kesehatan kerja
  • Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja
  • Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
  • Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitasi
  • Pembinaan dan pengawasan perlengkapan kesehatan kerja
  • Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat kerja
  • Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada pengurus
  • Memberikan saran dan masukan kepada manajemen dan fungsi terkait terhadap permasalahan yang berhubungan dengan aspek kesehatan kerja

Pada beberapa sektor industri formal berskala menengah dan besar pada umumnya pelaksanaan kesehatan kerja sudah cukup baik yang dilakukan secara terintegrasi dalam suatu kesisteman yang dikenal dengan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Simaker).

Untuk usaha-usaha informal dan indsutri-industri kecil, Departemen Kesehatan maupun Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi sudah melakukan upaya kesehatan kerja, misalnya dalam bentuk pembinaan dan pelatihan-pelatihan serta penyusunan berbagai pedoman pelaksanaan kesehatan kerja. Namun, diakui upaya yang telah dilakukan belum bisa menyentuh/menjangkau seluruh usaha informal dan industri kecil yang jumlahnya cukup besar. Selain adanya persoalan keterbatasan sumber daya manusia atau petugas dan kesadaran para pengelola usaha dalam memperhatikan kesehatan kerja.

Peran Petugas dalam Kesehatan Kerja
Peran Petugas Kesehatan Kerja dalam berbagai bentuk upaya kesehatan masyarakat, diantaranya adalah sebagai:
pelaksana lapangan, pendidikan, penyuluhan kesehatan masyarakat
pelaksana pembangunan model, pengelolaan kesehatan masyarakat
pengelola dan pengendali upaya kesehatan masyarakat.

Integrasi dalam Kesehatan Kerja
Upaya kesehatan kerja sebagai bagian dari upaya kesehatan masyarakat seperti diuraikan di atas dapat dilakukan melalui berbagai upaya atau program-program. Untuk melaksanakan upaya tersebut dibutuhkan sejumlah profesi, seperti dokter, perawat, ahli higiene kerja, ahli toksikologi, ahli ergonomi, ahli epidemiologi dan ahli keselamatan (Harrington & Gill, 2005).

Sumber: Tulisan  Imam Wahyudin dengan sedikit perubahan seperlunya.

Jumat, 25 Februari 2011

Panduan Praktis Bagi Masyarakat Dalam Pencegahan Pandemi Flu Baru H1N1

Pendahuluan

Pandemi influenza adalah permasalahan kesehatan yang menjadi tanggung jawab bersama antara antara pemerintah dan masyarakat. kesiapsiagaan mutlak dilakukan untuk meminimalisir risiko atau dampak yang akan ditimbulkan oleh pandemi influenza. Lakukan langkah-langkah praktis, mudah dan murah dengan Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari, dengan begitu tidak hanya mencegah pandemic Flu Baru H1N1 tetapi juga penyakit-penyakit lainnya.

Yang Harus Dilakukan

Individu
Individu Sehat

  • Jaga jarak - Tetaplah berjarak minimum 1 meter dari orang lain. Tidurlah di tempat tidursendiri, jika tidak memungkinkan jauhi tidur berdekatan dengan orang lain sejauh 1 meter pada ruangan yang cukup udara. Gunakan masker untuk menghindari tertularnya virus ke diri kita. Hindari tempat-tempat umum dan kegiatan yang melibatkan orang banyak. Hindari pergi ke daerah yang terjadi wabah influenza.
  • Lakukan etika batuk dan bersin - Tutup mulut saat bersin/batuk dengan tissue/saputangan. Tissue harus langsung dibuang ke tempat sampah. Jangan saling pinjam pakai saputangan. Saputangan harus dicuci dengan sabun
  • Jaga Kebersihan – rajin mencuci tangan dengan sabun pembersih tangan sesering mungkin khususnya setelah bersin/batuk, sesudah dari toilet, sebelum menyiapkan makanan. Bersihkan seluruh peralatan yang ada di rumah terutama yang banyak disentuh/dipegang 2 hari sekali. Jangan meludah dan buang ingus/lendir secara sembarangan.
  • Jaga Kesehatan – Makanlah makanan yang sehat dan bergizi, jika memungkinkan tambah dengan suplemen vitamin. Sebisa mungkin tetap berolah raga yang tidak memerlukan kontak dengan orang banyak (contoh : senam, treadmill, bersepeda, dll).
  • Hindari tempat-tempat ramai maupun kontak langsung dengan penderita Flu Baru H1N1
  • Jangan menyentuh – mata. Hidung dan mulut karena vurus mudah menular melalui kebiasaan itu
  • Cari Informasi - Ikuti informasi terkini (berita resmi dari pemerintah) melalui melalui berbagai macam media.
Individu yang sakit / suspek flu
  • Periksakan Segera – Periksakan segera diri ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan lain jika dirasa timbul gejala flu yang tidak biasa. Peberian obat antiviral akan efektif jika diberikan dalam waktu 24-48 jam pertama setelah terinfeksi.
  • Tetap di rumah - Berdiamlah di rumah selama 7 hari sampai dirasa telah sehat kembali, lebih baik jika mempunyai kamar pribadi. Hindari kontak dengan orang lain sebisa mungkin dan menjauh dari kantor atau sekolah selama sakit. Gunakan masker ketika berdekatan dengan orang lain.
  • Istirahat - Beristirahat akan membuat nyaman dan tubuh Anda akan menggunakan energinya untuk melawan infeksi.
  • Banyak Minum Air - Banyaklah meminum air untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang karena demam. Jika air seni kita berwarna gelap, kita perlu meminum lebih banyak air. Pantau temperatur tubuh dan catat pada pagi,siang dan sore serta malam.
  • Jangan merokok, karena hal tersebut sangat mengiritasi saluran udara yang bisa dirusak oleh virus.
  • Cari pertolongan- jika Anda tinggal sendiri, seorang single parent, atau bertanggung jawab untuk merawat seseorang yang cacat atau lumpuh, Anda sebaiknya menghubungi seseorang utnuk membantu Anda sampai Anda merasa lebih baik.
Keluarga
Keluarga Di Rumah

  • Lapor – Laporkan ke petugas kesehatan jika timbul gejala pada anggota keluarga setelah kontak dengan anggota keluarga yang sudah terinfeksi sebelumnya.
  • Stok logistik – Jika ada himbauan dari petugas kesehatan untuk tetap dirumah yang harus dilakukan adalah Siapkan suplai air bersih dan makanan untuk dua minggu atau lebih.
  • Waspada - Hati-hati dengan lendir/cairan hidung dan mulut jika ada anggota keluarga yang sakit seperti flu, khususnya anak kecil, agar tidak menyebarkan virus.
  • Ajari anak - Ajari anak-anak pentingnya membersihkan tangan setelah batuk, bersin dan menyentuh bahan-bahan kotor. Karena anak-anak, cenderung menyentuh muka, mata dan mulut dengan tangan kotor.
Keluarga Penderita di Fasilitas Kesehatan
  • Patuhi peraturan - Ikuti aturan yang berlaku di area fasilitas kesehatan. Dilarang mondar-mandir di area fasilitas kesehatan. Dianjurkan untuk berada di ruang tunggu khusus, kecuali jika diperlukan oleh petugas kesehatan
  • Periksakan diri - Periksakan diri jika muncul gejala ILI.
  • Gunakan Masker - Keluarga penderita diharuskan mengenakan masker setiap saat, dan tetap tinggal di area karantina. Buang masker bekas pakai dan sampah pada tempat yang telah disiapkan.
Kepala Desa/ Lurah dan Camat
  • Sosialisasi - Mengadakan sosialisasi tentang pengetahuan dasar bahaya dan langkahlangkah yang harus dilakukan menghadapi Pandemi ke masyarakat. Memberikan beberapa arahan kepada warga untuk melakukan beberapa hal seperti sebisa mungkin beraktivitas di dalam rumah, tidak terlalu intens berdekatan dengan orang lain dan selalu menggunakan masker di luar rumah.
  • Pusat informasi - Menjadi pusat informasi tingkat local untuk memberikan info keadaan dan situasi terkini serta untuk memberikan informasi tentang :
  •  Informasi seluruh toko yang dapat memberikan layanan antar kebutuhan pokok.
  •  Bantuan kepengurusan kebutuhan publik menyangkut aparat pemerintahan(Kelurahan-kecamatan).
  •  Mengadakan seluruh kegiatan pelayanan masyarakat dengan menghindari berkumpulnya orang dan menggunakan alat komunikasi yang ada.
  •  Mengusahakan untuk dapat mengkoordinasikan seluruh kegiatan warga dalam pemenuhan kebutuhan pokok untuk menghindari kemungkinan penularan yang terjadi.
Pemilik usaha
  • Memberikan layanan masyarakat melalui alat informasi yang tersedia untuk menghindari kontak langsung dengan masyarakat.
  • Menghubungi seluruh toko yang ada di daerahnya untuk memberikan pelayanan antar bagi konsumen yang membutuhkan logistic.
  • Meminta kepada seluruh toko untuk memberikan informasi layanan antar kepada Kepala RT & masyarakat.

Pengelola pasar
  • Sosialisasi - Memberikan informasi mengenai pandemi dan apa yang harus dilakukan untuk menghadapinya kepada seluruh pemilik toko melalui brosur, dalam rapat dengan kepala pedagang, dll.
  • Mengatur tata cara jual beli - Menjauhkan sebisa mungkin penjual dan pembeli di pasar. Membuat sistem jual beli yang dapat menghindari berkumpulnya pembeli dan penjual. Menggagas sistem antar bahan baku kepada suatu komplek/perumahan.
  • Jaga kebersihan - Membuat dan menyediakan peralatan antiseptic & masker yang bisa digunakan oleh pengunjung dan pedagang di pasar. Melakukan pembersihan dan desinfeksi setelah selesai pelaksanaan pasar.

Perkantoran dan Pengelola Pelayanan Esencial
  • Penguatan internal - Siapkan kebijakan-kebijakan yang menyangkut hal-hal yang sulit bagi perusahaan seperti pembuatan model kerja yang dapat dilakukan tanpa harus datang ke kantor jika ada karyawan yang sakit, mengatur alur distribusi dalam keadaan darurat termasuk aspek keamanan,
  • Sosialisasi - Diskusikan di tingkat manajer tetang pandemi. Sampaikan informasi tentang bahaya pandemi influenza, ancaman bagi perusahaan, serta rencana perusahaan menghadapi pandemi influenza ke seluruh karyawan.
  • Koordinasi eksternal – Lakukan koordinasi intensif kepada pemasok termasuk langkah-langkah antisipasi menghadapi kondisi terburuk yang dialami pemasok.Usahakan pelayanan antar di level pengguna (masyarakat).
  • Para pekerja - di harapkan untuk tetap tenang, dan selalu menjaga kesehatannya
Pengelola tempat ibadah dan Fasilitas umum
  • Sosialisasi - Memberikan informasi mengenai pandemi dan apa yang harus dilakukan untuk menghadapinya kepada seluruh jamaah melalui mading, buletin, dll. Menyarankan kepada jamaah yang terlihat kurang sehat untuk dapat beribadah di rumah saja.
  • Jaga Kebersihan - Menyediakan antiseptic dan obat kumur di kamar kecil.Membersihkan lantai setiap selesai shalat berjamaah.
  • Menata ruang - Membuka semua jendela dan pintu agar udara dapat bersikulasi dengan sangat baik. Menghindari menggunakan karpet untuk mengurangi penularan.Menjauhkan jarak antar shaf meskipun tetap rapat dalam satu shaf
Pengelola hiburan
  • Sosialisasi - Memberikan informasi mengenai pandemi dan apa yang harus dilakukan untuk menghadapinya kepada seluruh pengunjung. Menyebarkan brosur2 penjelasan apa yang harus dilakukan di kantor guna menghindari penularan.
  • Mendesain model aktivitas - Mengusahakan model yang terbaik untuk menghindari berkumpulnya para pengunjung.
  • Menata ruang - Membuat sirkulasi udara yang baik bila hiburan dalam satu ruangantertutup.
  • Jaga Kesehatan - Melakukan pemeriksaan kesehatan bagi pengunjung sebelum masuk ke tempat hiburan. Memberikan masker dan antiseptic kepada seluruh pengunjung sebelum masuk ke tempat hiburan.
Penutup

Pandemi influenza adalah permasalahan kesehatan yang menjadi tanggung jawab bersama
antara antara pemerintah dan masyarakat. kesiapsiagaan mutlak dilakukan untuk meminimalisir
risiko atau dampak yang akan ditimbulkan oleh pandemi influenza.
Lakukan langkah-langkah praktis, mudah dan murah dengan Perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) dalam kehidupan sehari-hari, dengan begitu tidak hanya mencegah pandemic Flu Baru
H1N1 tetapi juga penyakit-penyakit lainnya.

Program Penanggulangan Gizi Buruk

Upaya Kesehatan mengatasi masalah gizi

  • Upaya Kesehatan Kuratif dan Rehabilitatif
  1. Penemuan aktif dan rujukan kasus gizi buruk.
  2. Perawatan balita gizi buruk
  3. Pendampingan balita gizi buruk pasca perawatan
  • Upaya Kesehatan Promotif dan Preventif
  1. Pendidikan (penyuluhan) gizi melalui promosi kadarzi
  2. Revitalisasi posyandu.
  3. Pemberian suplementasi gizi.
  4. Pemberian MP – ASI bagi balita gakin

Kerangka kerja pencegahan dan penanggulangan gizi buruk
  • Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
  • Komponen SKPG:
  1. Keluarga
  2. Masyarakat dan Lintas Sektor
  3. Pelayanan Kesehatan

Peran Keluarga:
  1. Penyuluhan/Konseling Gizi: a. ASI eksklusif dan MP-ASI; b. Gizi seimbang; c. Pola asuh ibu dan anak
  2. Pemantauan pertumbuhan anak
  3. Penggunaan garam beryodium
  4. Pemanfaatan pekarangan
  5. Peningkatan daya beli keluarga miskin
  6. Bantuan pangan darurat: a. PMT balita, ibu hamil, b. Raskin

Peran Masyarakat dan Lintas Sektor
  1. Mengaktifkan Posyandu: SKDN
  2. Semua balita mempunyai KMS,
  3. Penimbangan balita (D),
  4. Konseling,
  5. Suplementasi gizi,
  6. Pelayanan kesehatan dasar
  7. Berat badan naik (N) sehat dikembalikan ke peran keluarga
  8. BB Tidak naik (T1), Gizi kurang diberikan PMT Penyuluhan dan Konseling
  9. Berat badan Tidak naik (T2), BGM, Gizi buruk, sakit, dirujuk ke RS atau Puskesmas

Peran Pelayanan Kesehatan
  1. Mengatasi masalah medis yang mempengaruhi gizi buruk
  2. Balita yang sembuh dan perlu PMT, perlu dikembalikan ke Pusat Pemulihan Gizi untuk diberikan PMT
  3. Balita yang sembuh, dan tidak perlu PMT, dikembalikan kepada masyarakat

Tujuan Penanggulangan Gizi Buruk

Tujuan Umum:
  • Menurunnya prevalensi Kurang Energi Protein (KEP) menjadi setinggi-tingginya 15 % dan gizi buruk menjadi setinggi-tingginya 2,5 % pada tahun 2014.

Tujuan Khusus:
  1. Meningkatnya cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan balita di Posyandu, Puskesmas dan jaringannya.
  2. Meningkatnya cakupan suplementasi gizi terutama pada kelompok penduduk rawan dan keluarga miskin.
  3. Meningkatnya jangkauan dan kualitas tata laksana kasus gizi buruk di Rumah Tangga, Puskesmas dan Rumah Sakit.
  4. Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan keluarga dalam menerapkan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI).
  5. Berfungsinya Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi (SKPG).

Kebijakan Operasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk

  1. Merupakan Program Nasional: Perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan antara pusat dan daerah
  2. Pendekatan komprehensif: Mengutamakan upaya pencegahan dan upaya peningkatan, yang didukung upaya pengobatan dan pemulihan.
  3. Semua kabupaten/kota secara terus menerus melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan gizi buruk, dengan koordinasi lintas instansi/dinas dan organisasi masyarakat.
  4. Menggalang kemitraan antara pemerintahan, dunia usaha dan masyarakat di berbagai tingkat.
  5. Pendekatan Pemberdayaan masyarakat serta keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan.

Strategi Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk
  • Mengembalikan fungsi posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi masyarakat dan keluarga dalam memantau, mengenali dan menanggulangi secara dini gangguan pertumbuhan pada balita utamanya baduta.
  • Meningkatkan kemampuan dan keterampilan SDM puskesmas beserta jaringannya dalam tatalaksana gizi buruk dan masalah gizi lain, manajemen laktasi dan konseling gizi.
  • Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada kelompok rawan termasuk keadaan darurat melalui suplementasi zat gizi mikro, MP-ASI, makanan tambahan dan diet khusus.
  • Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui advokasi, sosialisasi dan KIE gizi seimbang.
  • Mengoptimalkan surveilans berbasis masyarakat melalui SKDN, Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) Gizi Buruk, dan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG), untuk meningkatkan manajemen program perbaikan gizi.
  • Mengembangkan model intervensi gizi tepat guna yang evidence based.
  • Menggalang kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan masyarakat beserta swasta/dunia usaha dalam memobilisasi sumberdaya untuk penyediaan pangan di tingkat rumah tangga, peningkatan daya beli keluarga, dan perbaikan pola asuhan gizi keluarga.
Sumber: Tulisan Dr. Suparyanto, M.Kes



Yang perlu diketahui tentang penyakit TBC

Apakah TB itu ?
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Biasanya menyerang paru namun dapat menyerang bagian tubuh lainnya seperti otak, tulang, kelenjar dll.
What is Tuberculosis?
Tuberculosis (TB) is a disease caused by a bacterium, Mycobacterium Tuberculosis. It usually affects the lungs but can develop in any part of the body.
Apakah Gejala TB?
Gejala utama TB adalah batuk berdahak lebih dari dua minggu
Gejala lainnya:
Berat badan menurun
Demam dan berkeringat dingin tanpa melakukan aktivitas
Selera makan menurun
Batuk berdarah

What are the symptoms of Tuberculosis?
Main symptom is coughing more than two weeks
Other symptoms of TB are:
Loss of weight for no obvious reason
Fever and heavy night sweats
Not wanting to eat
in the later stages coughing up blood

Bagaimanakah diagnosa TB?
Diagnosa TB melalui pemeriksaan mikroskopis dan pasien terbukti dan dinyatakan TB jika dalam dahaknya ditemukan bakteri TB. Pasien akan diminta mengumpulkan 3 dahak untuk diperiksa, yaitu Sewaktu datang pertama kali ke unit pelayanan kesehatan, Pagi hari pada waktu bangun keesokan harinya dan Sewaktu mengantarkan dahak pagi ke unit pelayanan kesehatan

How is TB diagnosed?
TB diagnosed through microscopic and only if the tuberculosis bacterium is found in the sputum of a patient is tuberculosis disease proved. Patient will be collected for 3 specimen of sputum to be checked; Time when the patient come to the health centre, Morning after wake up the next day and Time when the patient drop the sputum to the helath center.

Mengapa 3 sediaan dahak yang harus diperiksa?
Untuk memastikan adanya bakteri TB dalam tubuh dan apakah kuman yang ada di dalam tubuhnya menular atau tidak. Jika positif berarti TB yang dideritanya menular, jika negatif berarti TB yang dideritanya tidak menular.

Why is needed 3 sputum specimens?
To make sure that TB bacterium proved inside your body and if the bacterium infectious or not. It is infectious if the result is positive.

Apakah TB bisa disembuhkan?
Ya, hampir semua kasus TB bisa disembuhkan, tapi jika pasien menyelesaikan pengobatan sesuai dengan petunjuk dokter atau petugas kesehatan.

Can TB be cured?
Yes, in almost every case, but only if the full course of treatment is taken as prescribed.

Bagaimana TB menular ?
Tuberkulosis adalah penyakit yang menular melalui udara. TB ditularkan orang yang dalam paru-parunya mengandung kuman TB. Ketika pasien TB batuk, mereka menyebarkan droplet (percikan dahak) yang mengandung kuman TB dan ini bisa terhirup oleh orang lain. Penularan TB tergantung pada intensitas kontak seseorang (lamanya, kedekatan)  dengan penderita TB. Umumnya orang tertular TB dari anggota keluarga, teman, kerabat atau rekan sekerja. TB tidak ditularkan melalui peralatan makan, kasur atau seprai.
TB juga dapat ditularkan lewat susu sapi yang mengandung Bovine TB, itu sebabnya mengapa di negara maju susu sapi di pasteurisasi untuk membunuh kuman.

How is TB spread?
Tuberculosis is an airborne disease. Only people with TB in the lungs (called Pulmonary TB) can spread the disease. They can cough up the bacteria and another person can breathe it in.  A bit like a cold is caught, but not as easily. To get TB, you usually need to have very close, daily contact with someone who has the disease. Most people get it from a family member, friend, partner, or co-worker. You're not likely to get TB from someone coughing on the bus or at a restaurant. It is not spread by dishes, drinking glasses, sheets or mattresses.
TB can also be caught by drinking milk from cows with Bovine TB, which is one of the reasons why milk in developed countries is pasteurised to kill the bacteria.

Bagaimana Pengobatan TB?
Ketika seseorang dinyatakan terkena TB melalui pemeriksaan dahaknya, pasien harus menjalani pengobatan dengan menggunakan rejimen obat yang direkomendasikan WHO diantaranya isoniazid, rifampicin, pyrazinamide dan etambutol yang diberikan dalam dua bulan fase intensif dan empat bulan fase lanjutan. Dalam beberapa kasus pengobatan bisa berlangsung hingga delapan bulan.

How is TB treated?
Once tuberculosis is suspected treatment should be started. The treatment regimen recommended by the World Health Organisation includes at least three and preferably four specific antibiotics. They are called isoniazid, rifampicin, pyrazinamide and ethambutol. For convenience they may be given in a combination tablet which combines the antibiotics in a single tablet. Treatment must continue for at least six months toeight months.

Bagaimana efek samping obat TB?
Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi obat TB bervariasi mulai dari ringan hingga berat.Efek samping ringan dapat berupa berubahnya warna urine menjadi kemerahan yang diakibatkan oleh rifampisin. Efek samping lainnya dapat berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu makan, mual, kesemutan dan rasa terbakar di hati, gatal dan kemerahan di kulit gangguan keseimbangan hingga kekuningan (ikterus). Jika pasien merasakan hal-hal tersebut, pasien harus segera berkonsultasi dengan dokter untuk memperoleh penanganan lebih lanjut.

Can the TB treatment cause side effects?
Rifampicin will turn urine and other body secretions such as tears orangy-red. It also interacts with other medicines, in particular it reduces the effectiveness of the contraceptive pill. It is therefore important to warn your doctor when prescribing other medicines that you are on TB treatment.
The tablets may rarely cause some of these:
  • Rash
  • Giddiness
  • Sickness
  • Pins and Needles
  • Jaundice
If any of these occur, patients should contact their TB nurse or doctor

Apakah pasien TB harus di rawat di rumah sakit atau mereka dapat bekerja selama mereka dalam pengobatan ? Tidak, pasien TB tidak harus di rawat di rumah sakit. Pasien TB umumnya menjalani penanganan singkat di pelayanan kesehatan seperti Puskesmas atau Rumah Sakit untuk diagnosa. Pasien yang sudah menelan obat dalam periode tertentu akan menjadi tidak menular. Dengan demikian pasien dapat menjalankan aktifitas sehari-hari tanpa harus diisolasi di sanatorium. Sanatorium sendiri merupakan sebuah metode yang digunakan untuk menangani TB sebelum obat TB ditemukan.

Do patients with TB have to go into hospitals or sanatoria or do they have to stay off work while they are being treated?
No, although they may be admitted into hospital very briefly to confirm the diagnosis. Patients taking treatment very quickly become non-infectious and therefore can go about their daily business as usual and do not have to be isolated in sanatoria as used to happen before a cure was developed.

Dapatkah seseorang yang sudah sembuh dari TB terkena TB lagi ? Ya, itu bisa terjadi. Seperti infeksi bakteri lainnya, seseorang dapat terkena dan dapat sembuh lebih dari satu kali.

Can TB re-occur?
Yes it is possible. Like any bacterial infection, it can be caught and cured more than once. So if you have any doubts, please consult your local doctor.

Dapatkah TB di cegah?
TB dapat dicegah dengan mempraktikkan pola hidup bersih dan sehat antara lain dengan memastikan tubuh kita mendapat asupan gizi yang baik dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan berolahraga. Pada anak, walaupun tidak memcegah TB, pemberian imunisasi BCG dapat mencegah munculnya kasus TB yang berat.

Can TB be prevented?
There is a vaccine against TB called BCG but it does not prevent TB in all cases. It is only prevent severed TB in child.

Apakah TB merupakan penyakit yang umum ?
TB sangat umum dijumpai di negara dunia ketiga dimana terjadi kemiskinan, status kesehatan masih rendah atau masyarakatnya masih sulit mendapatkan pengobatan yang efektif untuk TB.. Itu sebabnya TB membunuh 1,7 juta per tahunnya walaupun penyakit ini bisa disembuhkan. Bahkan di negara maju seperti Inggris, dimana banyak yang mengira bahwa penyakit ini sudah berhasil diberantas, terjadi peningkatan kasus sebanyak 20% pada sepuluh tahun terakhir ini dimana 80% kasus TB muncul di London.

How common is TB?
TB is VERY common in the poorest countries of the world where people often cannot afford effective treatment. That is why TB kills around 1.7 million people every year – even though it can be cured. Even in Britain, where most people thought it had been wiped out, there has been an overall increase of 20% in the last decade, with an increase of 80% in London.
Jika begitu, benarkah bahwa hanya orang miskin yang terkena TB?
Tidak benar, semua orangn bisa kena TB
Is it right that only poor people get TB?
No, anyone can catch TB
Apakah benar bahwa TB tidak bisa diatasi kecuali kemiskinan juga diatasi ? Tidak benar. TB dapat disembuhkan dan dicegah bahkan di negara miskin dengan menggunakan pengobatan yang tepat dan TB adalah salah satu penyakit yang biaya pengobatannya paling murah.

Is it true that you cannot reduce TB unless you reduce poverty?
No. TB can be cured, and prevalence greatly reduced even in the poorest communities, using well established drug treatment, and it is one of the cheapest diseases to cure.

Apakah bahaya TB terlalu dibesar-besarkan ?
World Health Organization (WHO) telah menyatakan TB sebagai Kegawatdaruratan Global, TB juga merupakan penyakit infeksi ketiga didunia setelah HIV dan Malaria.

Isn't TB Alert just scare-mongering? Surely TB isn't that much of a problem?
TB has been declared a Global Emergency by the World Health Organisation, and is one of the world's three greatest infectious diseases (along with HIV and Malaria).

Benarkah bahwa TB di dunia sebagian besar di sebabkan karena HIV/AIDS ? Tidak benar. Orang yang terkena TB di dunia umumnya tidak terinfeksi HIV. Namun, karena HIV mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, orang dengan HIV akan lebih mudah terkena TB dan HIV adalah penyebab utama peningkatan TB di Sahara Afrika dimana HIV disebarkan utamanya oleh heteroseksual.

Is it true that most TB in the world is now due to HIV/AIDS?
No. Most people with TB in the world are not infected with HIV. However because HIV affects the immune system it makes people more likely to catch TB, and HIV is an important cause of the increase of TB in sub Saharan Africa where HIV is spread mainly by heterosexuals.

Mengapa penanggulangan TB melibatkan program pengobatan untuk TB HIV? Bukankah tidak gunanya karena pasien TB HIV akan meninggal juga pada akhirnya?
Mengobati pasien TB dapat mencegah menyebarnya penularan TB di masyarakat, sebuah hal yang sangat penting mengingat 1 orang dengan TB yang tidak diobati dapat menularkan kepada 10-15 orang per tahunnya. Pengobatan terhadap pasien TB HIV juga dapat memperpanjang harapan hidup mereka.

Why does TB Alert have programmes to cure people with HIV/AIDS of TB? Surely there is no point if they are going to die anyway?
Curing any patient of TB prevents them spreading TB in the community, and is always worthwhile (one person with TB untreated can spread the disease to 10-15 others in a year). Also, a patient with TB and HIV/AIDS lives longer if the TB is cured - perhaps long enough to get the HIV drugs which will enable them to live for decades longer.

Penyakit TBC pada Anak

Seperti halnya dinegara-negara lain, besarnya kasus TBC pada anak di Indonesia masih relatif sulit diperkirakan karena beberapa hal. Salah satu amasalah terbesar adalah sulitnya mendapatkan diagnosis pasti melalui tes sputum karena anak-anak biasanya belum dapat mengeluarkan sputum.  Masalah lain antara lain belum adanya panduan diagnosis yang jelas, sistem kesehatan dan surveilans yang belum bisa mendapatkan data mengenai TBC pada anak, persepsi bahwa anak-anak tidak menularkan TBC, dan belum adanya  panduan penanganan dan dosis obat yang baku untuk anak-anak.
 
Masalah lain yang cukup banyak terjadi di Indonesia adalah kesalahan diagnosis baik oleh dokter umum maupun dokter spesialis anak, sehingga pengobatan diberikan pada anak yang tidak menderita TBC atau sebaliknya, anak penderita TBC tidak mendapatkan penanganan yang semestinya. Pemberian OAT pada anak yang tidak menderita TBC selain akan memicu pengeluaran yang tidak diperlukan, juga membuat berkurangnya persediaan obat untuk penderita TBC yang benar-benar memerlukannya. Selain itu, sebagian besar dokter spesialis anak belum terhubungkan dengan program DOTS yang berkualitas.  

Penemuan penderita
 
Penemuan penderita tuberkulosis pada anak merupakan hal yang sulit. Sebagian besar diagnosis tuberkulosis anak didasarkan atas gambaran klinis, gambaran radiologis dan uji tuberkulin.
Uji tuberkulin (Mantoux)
Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux (penyuntikan intra kutan). Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan. Uji tuberkulin positif bila indurasi > 10 mm (pada gizi baik), atau > 5 mm pada gizi buruk. Bila uji tuberkulin positif, menunjukkan adanya infeksi TBC dan kemungkinan ada TBC aktif pada anak. Namun, uji tuberkulin dapat negatif pada anak TBC berat dengan anergi (malnutrisi, penyakit sangat berat, pemberian imunosupresif, dll). Jika uji tuberkulin meragukan dilakukan uji ulang.
Reaksi cepat BCG
Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari) berupa kemerahan dan indurasi > 5 mm, maka anak tersebut dicurigai telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.
Foto rontgen dada
Gambaran röntgen TBC paru pada anak tidak khas dan interpretasi foto biasanya sulit, karenanya harus hati-hati dengan kemungkinan overdiagnosis atau underdiagnosis. Paling mungkin jika ditemukan infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal. Gejala lain dari foto röntgen yang mencurigai TBC adalah: milier, atelektasis/kolaps konsolidasi, infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal, konsolidasi (lobus), reaksi pleura dan atau efusi pleura, kalsifikasi, bronkiektasis, kavitas, destroyed lung. Bila ada diskongruensi antara gambaran klinis dan gambaran röntgen, harus dicurigai TBC. Foto röntgen dada sebaiknya dilakukan PA (Postero-Anterior) dan lateral, tetapi kalau tidak mungkin PA saja.
Pemeriksaan mikrobiologi dan serologi
Pemeriksaan BTA secara mikroskopis langsung pada anak biasanya dilakukan dari bilasan lambung karena dahak sulit didapat. Pemeriksaan BTA secara biakan (kultur) memerlukan waktu yang lama. Namun cara baru untuk mendeteksi kuman TBC dengan PCR (Polymery Chain Reaction) atau Bactec masih belum dapat dipakai dalam klinis praktis. Demikian juga pemeriksaan serologis seperti ELISA, PAP, Mycodot dan lain-lain, masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk pemakaian dalam klinis praktis.
Penjaringan Tersangka Penderita TBC Anak bisa berasal dari keluarga penderita BTA positif (kontak serumah), masyarakat (kunjungan Posyandu), atau dari penderita-penderita yang berkunjung ke Puskesmas maupun yang langsung ke Rumah Sakit.

Diagnosis TBC pada Anak
 
Diagnosis paling tepat adalah dengan ditemukannya kuman TBC dari bahan yang diambil dari penderita, misalnya: dahak, bilasan lambung, biopsi dll. Tetapi pada anak hal ini sulit dan jarang didapat, sehingga sebagian besar diagnosis TBC anak didasarkan atas gambaran klinis, gambaran foto röntgen dada dan uji tuberkulin. Untuk itu, terdapat beberapa tanda dan gejala yang penting untuk diperhatikan. Seorang anak harus dicurigai menderita tuberkulosis jika:
  • mempunyai sejarah kontak erat (serumah) dengan penderita TBC BTA positif,
  • terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG (dalam 3-7 hari),
  • terdapat gejala umum TBC
 
Gejala umum TBC pada anak:
  • Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas, dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah mendapatkan penanganan gizi yang baik (failure to thrive).
  • Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik (failure to thrive) dengan adekuat.
  • Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam.
  • Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit. Biasanya multipel, paling sering didaerah leher, ketiak dan lipatan paha (inguinal).
  • Gejala-gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri dada.
  • Gejala-gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di abdomen, dan tanda-tanda cairan dalam abdomen.
 
Gejala spesifik

Gejala-gejala ini biasanya muncul tergantung dari bagian tubuh mana yang terserang, misalnya:
  • TBC kulit/skrofuloderma  
  • TBC tulang dan sendi:
    • tulang punggung (spondilitis): gibbus
    • tulang panggul (koksitis): pincang, pembengkakan di pinggul
    • tulang lutut: pincang dan/atau bengkak
    • tulang kaki dan tangan
  • TBC otak dan saraf:
    • Meningitis: dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah dan kesadaran menurun.
  • Gejala mata:
    • conjunctivitis phlyctenularis
    • tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi)
  • Lain-lain
Alur Deteksi Dini TBC pada Anak

Respons Terhadap pengobatan OAT pada Anak
Jika dalam dua bulan menggunakan OAT terdapat perbaikan klinis, maka akan menunjang atau memperkuat diagnosis TBC. Bila dijumpai tiga atau lebih dari hal-hal yang mencurigakan atau gejala-gejala klinis umum, maka anak harus dianggap TBC dan diberikan pengobatan dengan OAT sambil diobservasi selama dua bulan. Bila menunjukan perbaikan, maka diagnosis TBC dapat dipastikan dan OAT diteruskan sampai penderita sembuh. Bila dalam observasi dengan pemberian OAT selama dua bulan tersebut keadaan anak memburuk atau tetap, maka anak tersebut tidak menderita TBC atau mungkin mungkin menderita TBC dengan kekebalan obat ganda  (Multiple Drug Resistent/ MDR). Anak yang tersangka MDR perlu dirujuk ke Rumah Sakit untuk mendapat penatalaksanaan spesialistik.

Penting diperhatikan bahwa bila pada anak dijumpai  gejala-gejala berupa kejang, kesadaran menurun, kaku kuduk dan benjolan dipunggung, maka anak tersebut harus segera dirujuk ke Rumah Sakit untuk penatalaksanaan selanjutnya.
 
Sumber: TBIndonesia

STBM: Wujudkan Lingkungan Sehat, Rakyat Sehat

Penerapan lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan perilaku hidup bersih dan sehat lainnya seperti; tidak mengkonsumsi alkohol, jauhi narkoba, tidak merokok dan melakukan aktifitas fisik/olah raga yang teratur harus menjadi keharusan dan tujuan yang harus dicapai bersama.
 
SEHAT  adalah kondisi yang selalu ingin dimiliki setiap manusia. Sehat adalah investasi yang harus dijaga dengan baik, kalau tidak maka kerugian yang akan didapat dalam hidup kita. Memang sehat bukan segala-galanya, tapi tanpa kesehatan semua tidak ada apa-apanya, tanpa kesehatan hidup tak ada artinya.

Pada momentum peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke 45 tahun 2009 tanggal 12 November ini menampilkan tema “Lingkungan Sehat Rakyat Sehat”. Tema tersebut sangat tepat dimunculkan dengan melihat kondisi lingkungan kita yang semakin hari kondisinya semakin memprihatinkan. Kerusakan lingkungan ada di mana-mana, tentunya berpengaruh secara makro yang dikenal dengan global warming dan memberikan dampak terjadinya gejala elnino di berbagai belahan bumi yang pada akhirnya berdampak pada masalah kesehatan masyarakat berupa gangguan kesehatan dan penyakit.

Secara nasional tema tersebut memberikan motivasi kepada kita untuk selalu menjaga kualitas lingkungan dengan dukungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan mengedepankan pembangunan Desa Siaga. Hal ini sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kesehatan (RPJP-K) 2005-2025. Lingkungan yang sehat adalah kondisi lingkungan yang mampu menopang kehidupan makhluk di dalamnya sehingga mampu bertahan dari gangguan kesehatan dan penyakit.

Untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan kondusif bagi kehidupan yang sehat dan mandiri menjadi tugas kita semua, pemerintah, swasta dan masyarakat.

Organisasi/lembaga masyarakat /LSM  yang bergerak dibidang kesehatan merupakan mitra pemerintah yang sangat membantu percepatan pembangunan kesehatan. Dalam rangka menciptakan lingkungan sehat Menteri Kesehatan telah mengeluarkan Kepmenkes nomor:852/Menkes/SK/IX/2008, tanggal 9 September 2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Strategi ini merupakan upaya bangsa Indonesia melalui pembangunan bidang kesehatan untuk mewujudkan dan memperkuat upaya pemberdayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar yang berkesinambungan dalam pencapaian Millenium Depelopment Goals (MDGs) 2015 yaitu meningkatkan akses separuh proporsi penduduk/masyarakat yang belum mendapatkan air minum dan sanitasi dasar/penyehatan lingkungan.

Strategi Nasional STBM merupakan acuan dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan, pematuan serta evaluasi yang terkait dengan sanitasi total berbasis masyarakat. Sanitasi total dimaksud adalah kondisi suatu komunitas benar-benar menerapkan pilar-pilar STBM yang meliputi 5 pilar yaitu;(1) Stop Buang Air Besar (BAB) Sembarangan, (2) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), (3) Mengelola Air Minum Rumah Tangga (PAM-RT) dan makanan yang aman, (4) Mengelola sampah dengan benar, (5) Mengelola Limbah Cair Rumah Tangga dengan aman.

Kelima pilar STMB bila dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat melalui lingkungan terkecil yaitu Rumah Tangga, maka lingkungan sehat akan tercipta dan Rakyat yang sehat akan terwujud. Semua itu memerlukan peran kita semua, segenap elemen masyarakat dengan tidak mengabaikan kegiatan-kegiatan masyarakat yang menghasilkan berbagai sumber pencemaran (polutan) seperti; limbah pabrik, asap kendaraan bermotor, penebangan pohon secara sembarangan, penambangan timah yang merusak ekosistim dan lingkungan termasuk mencemari sumber air minum masyarakat.

Perilaku CTPS sudah selayaknya dimasyarakatkan melalui sekolah-sekolah hingga perguruan tinggi. Karena itu pencanangan CTPS banyak dilakukan di sekolah dasar, seperti yang dilakukan di Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka Selatan yang mencanangkan CTPS bertepatan dengan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun (HCTPS) Sedunia pada tanggal 15 Oktober 2009. Di tingkat provinsi akan dicanangkan CTPS bertepatan dengan upacara bendera HKN ke 45 pada hari Senin tanggal 16 November 2009 oleh Gubernur Kepulauan Babel.

Setiap kegiatan tentunya akan memberikan dampak terhadap makhluk hidup. Bila lingkungan  tidak kita jaga maka penyakit berbasis lingkungan seperti; malaria, demam berdarah dengue (DBD), kecacingan, ISPA, diare dan lain-lain. Penyakit tersebut dapat dicegah bila kita menjaga lingkungan kita menjadi lingkungan yang sehat dengan menerapkan pilar STBM.

Hasil penelitian membuktikan bila perilaku CTPS dilakukan dengan benar akan mencegah kejadian penyakit infeksi ringan sebanyak 80 persen dan penyakit infeksi sebanyak 45 persen, menurunkan angka kejadian diare hingga 47 persen, menurunkan angka kematian balita karena pneumonia sebesar 50 persen. Bila tidak menerapkan perilaku CTPS risiko kena kecacingan 2,35 kali dibandingkan bila melakukan CTPS. Para Ahli kesehatan menyatakan kebiasaan CTPS merupakan intervensi kesehatan yang paling murah dan efektif dalam mengurangi risiko penularan berbagai penyakit termasuk diare, ISPA, Hepatitis A dan kecacingan (Fewtell. Kaufman, et all, 2005). Data terakhir perilaku CTPS hanya dilakukan 12 persen dari 225 juta penduduk Indonesia dan masih terdapat 70 juta orang Indonesia melakukan BABs Sembarangan serta ada 100 juta orang Indonesia belum memiliki akses terhadap air minum dan sanitasi dasar (Pokja AMPL,2009).

Saya yakin masyarakat Indonesia umumnya dan Bangka Belitung khususnya sangat menginginkan terciptanya lingkungan sehat, aman dan asri agar dapat menopang kehidupan ke depan yang lebih baik. Penerapan lima pilar STBM dan perilaku hidup bersih dan sehat lainnya seperti; tidak mengkonsumsi alkohol, jauhi narkoba, tidak merokok dan melakukan aktifitas fisik/olah raga yang teratur harus menjadi keharusan dan tujuan yang harus dicapai bersama. Mari kita bulatkan tekad untuk menciptakan lingkungan sehat, pasti rakyat sehat akan kita wujudkan. Momentum HKN ke 45 tahun ini kita jadikan tahun kebangkitan untuk menciptakan lingkungan sehat bagi kita semua, untuk masa kini dan akan datang

Sumber: Tulisan Hermain

Gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

Cuci Tangan Pakai Sabun
Cuci Tangan Pakai Sabun

Mencuci tangan dengan menggunakan sabun terkesan merupakan suatu hal yang sangat sederhana. Hal yang sangat lumrah kita lakukan.
Tapi mari kita lihat informasi dari website Depkes berikut : berdasarkan survei environmental service program (ESP) tentang perilaku masyarakat terhadap kebiasaan mencuci tangan yang dilakukan Depkes dan instansi lainnya pada tahun 2006 – walau penetrasi sabun telah masuk ke hampir seluruh rumah tangga di Indonesia, rata-rata hanya 3% saja yang menggunakan sabun untuk cuci tangan, hanya 12% yang mencuci tangan pascabuang air besar, hanya 9% yang melakukan CTPS setelah membantu buang air besar bayi, hanya 14% CTPS dilakukan sebelum makan, 7% sebelum memberi makan bayi dan 6% sebelum menyiapkan makanan.
Lalu apa makna statistik di atas? Tentu bisa disadari bahwa tangan kita merupakan alat tubuh yang paling efektif untuk digunakan memegang sesuatu, sehingga bisa dibayangkan juga berapa banyak benda-benda yang tersentuh oleh tangan kita setiap hari, misalnya pada kegiatan-kegiatan umum yang disurvei di atas. Jadi jika tangan kita tidak bersih tentu akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan, banyak kuman penyakit yang bisa menempel pada tangan dan masuk ke tubuh.
Kemudian mencuci tangan dengan air saja, ternyata juga tidak cukup untuk melindungi seseorang dari kuman penyakit yang menempel di tangan. Terlebih bila mencuci tangan tidak dibawah air mengalir. Walapun tangan bisa saja terlihat bersih tapi kuman yang menempel tidak bisa dihilangkan dengan air saja. Dengan demikian perlu bahan pembersih tambahan yang dapat menghilangkan kuman, yang paling sering kita gunakan dan mudah kita dapatkan tentu adalah sabun. Hanya dengan tindakan sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun dapat mencegah berbagai penyakit infeksi seperti diare, cacingan, ISPA, bahkan sampai dengan flu burung juga.
Dengan demikian kampanye gerakan CTPS tentu masih sangat relevan untuk digiatkan lagi dan kita dukung bersama. Hal ini sebenarnya sudah beberapa lama dilaksanakan, gerakan nasional CTPS telah dicanangkan oleh Menkes sejak tahun 2006 dan program PHBS juga telah mencantumkan mencuci tangan pakai sabun sebagai salah satu indikator keberhasilan program.
Hal ini juga mendapat perhatian di level international. Contohnya di website CDC dapat dilihat dukungan untuk Clean Hands Coallition dengan motto “Clean Hands Save Lives!“.
Dengan demikian kami juga mengajak siapa saja yang membaca tulisan ini untuk selalu mencuci tangan dengan sabun dan untuk ikut mengkampanyekan gerakan ini kepada siapa saja, khususnya tentu bagi orang-orang yang dekat dengan kita

Kamis, 24 Februari 2011

Program PHBS Rumah Tangga

Program PHBS dalam rumah tangga adalah upaya pemberdayaan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, serta ikut berperan aktif dalam gerakan – gerakan peningkatan kesehatan masyarakat. Program PHBS dalam rumah tangga ini perlu terus dipromosikan karena rumah tangga merupakan suatu bagian masyarakat terkecil di mana perubahan perilaku dapat membawa dampak besar dalam kehidupan dan tingkat kesehatan anggota keluarga di dalamnya. Rumah tangga sehat juga merupakan suatu aset dan modal utama pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya.
Program ini dapat membawa manfaat bagi Rumah Tangga yang melaksanakan, seperti :
  • Peningkatan kesehatan seluruh anggota keluarga dan mencegah penyakit
  • Membantu anak tumbuh sehat dan cerdas
  • Meningkatkan produktivitas setiap anggota keluarga dalam kegiatan atau pekerjaan masing-masing.
  • Menurunkan biaya untuk pengobatan penyakit, sehingga meningkatkan efektivitas penggunaan keuangan rumah tangga, dan dapat dipergunakan untuk pemenuhan gizi keluarga , pendidikan dan modal usaha.
Program ini juga dapat membawa manfaat bagi masyarakat :
  • Masyarakat mampu mengupayakan peningkatan kesehatan lingkungan secara mandiri
  • Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan
  • Masyarakat mau memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia secara optimal dengan berpedoman pada paradigma sehat
  • Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat ( UKBM ) seperti : posyandu , dana sehat , pondok bersalin desa ( polindes), Arisan jamban , kelompok pemakai air dll.
Apa yang harus dilakukan keluarga untuk mewujudkan Rumah Tangga Sehat ? Dari website Pusat Promosi Kesehatan Depkes didapatkan kriteria sebagai berikut :
  1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.
  2. Memberi ASI ekslusif.
  3. Menimbang balita setiap bulan.
  4. Menggunakan air bersih.
  5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
  6. Menggunakan jamban sehat.
  7. Memberantas jentik dd rumah sekali seminggu.
  8. Makan buah dan sayur setiap hari.
  9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
  10. Tidak merokok di dalam rumah
Terlihat cukup banyak kriteria yang harus dipenuhi, tetapi tentu saja kita dapat berusaha mewujudkannya secara bertahap. Kita harus memulai dari satu langkah kecil untuk menuju pelaksanaan PHBS rumah tangga yang optimal.
Siapa yang diharapkan dapat melakukan Pembinaan Perilaku Hidup Bersih & Sehat di Rumah Tangga ? Yang secara resmi tentu adalah petugas kesehatan dan sektor-sektor yang terkait. Lalu bagaimana dengan peran masyarakat umum seperti kita? Tentu kita juga bisa berkontribusi dengan menyampaikan informasi yang kita dapat di blog ini kepada siapa pun yang kita pandang perlu. Dan hal inilah yang merupakan tujuan umum blog ini, yaitu mari kita juga mendukung dan berperan aktif dalam upaya-upaya peningkatan kesehatan dimulai dari diri dan keluarga sendiri

Kurikulum Pelatihan Dokter Kecil

Sasaran Pelatihan Program Dokcil
Peserta didik (siswa) Sekolah Dasar kelas 4 dan 5 dengan jumlah 10-20 orang.

Kompetensi
Setelah mengikuti pelatihan maka peserta didik akan memiliki kompetensi:
  1. Memahami program UKS dan Dokter Kecil
  2. Bersikap dan berperilaku sehat
  3. Menggerakkan dan membimbing teman dalam melaksanakan pengamatan kebersihan, kesehatan pribadi dan penyuluhan kesehatan
  4. Membantu petugas kesehatan melaksanakan pelayanan kesehatan di sekolah
  5. Melakukan pengenalan tanda-tanda penyakit, kesehatan lingkungan, dll
  6. Melakukan pengamatan kebersihan di sekolah
  7. Membuat laporan kegiatan Dokter Kecil
  8. Mengetahui hal-hal khusus apa saja yang perlu dilaporkan kepada guru UKS/Kepala Sekolah/guru yang ditunjuk
  
Tujuan Pelatihan Dokcil
Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta membangun sikap positif peserta didik dalam pelaksanaan upaya program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

Tujuan Khusus 
Membentuk peserta didik menjadi dokter kecil yang memiliki kompetensi khusus (seperti telah diuraikan di bagian atas)

Materi Pelatihan Dokcil
Materi Dasar: 
  • Program UKS
  • Program Dokter Kecil

Materi Inti:
  • Kesehatan lingkungan
  • Pencegahan penyakit menular
  • Kesehatan gigi dan mulut
  • Kesehatan indera penglihatan
  • Kesehatan indera pendengaran
  • Imunisasi
  • Gizi
  • Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
  • NAPZA
  • Pemeriksaan Kesehatan Peserta

Materi Penunjang
  •  Membangun komitmen belajar

Metode dan Proses
1. Tahap pencairan
Sebelum pelatihan dimulai, perlu dilakukan proses pencairan. Proses pencairan dilakukan menggunakan metode dinamika kelompok dimana para pelaksana, pelatih dan peserta pelatihan berkumpul di suatu ruangan untuk saling berkenalan, mengisi kuesioner (misalnya mengenai hal-hal yang disukai, tidak disukai, harapan, kekhawatiran, dll), membuat permainan, dst.  Tujuannya untuk: membangun komitmen belajar agar peserta siap mengikuti pelatihan, membuat kesepakatan tentang norma yang akan dipakai selama pelatihan dan membuat kontrak belajar.

2. Tahap pembekalan materi
Tahapan dimana peserta didik dibekali pengetahuan dan ketrampilan dalam melaksanakan kegiatan Dokter Kecil. Materi yang diberikan lebih dititikberatkan pada peningkatan pemahaman peserta didik tentang berbagai faktor penyebab penyakit, cara pencegahan dan pertolongan pertama. Teknik penyampaian dalam pembekalan materi menggunakan metode ceramah diikuti tanya jawab, diskusi kelompok dan studi kasus.

3. Tahap konsolidasi
Merupakan tahap internalisasi komprehensif dari pengetahuan dan ketrampilan yang diterima pada tahap pembekalan. Pada tahap ini peserta didik diberikan tugas untuk menanggulangi 'kasus', menyusun rencana kegiatan pencegahan dan menanggulangi masalah kesehatan di lingkungan sekolah.

Penyelenggaraan
1. Pelaksana
Tim Pembina UKS tingkat Kabupaten/Kecamatan dan Tim Pelaksana UKS, dipimpin oleh Dokter Puskesmas.

2. Perencanaan di Tingkat Kecamatan
  • Pertemuan petugas kesehatan dan Tim Pembina UKS tingkat Kecamatan
  • Persiapan sarana dan biaya yang diperlukan
  • Persiapan pelatihan Dokter Kecil
  • Persiapan administrasi

3. Pelatih
Petugas Kesehatan (Dokter Puskesmas/Petugas UKS) Guru UKS/Penjaskes atau Guru lain yang ditunjuk.

4. Waktu dan Tempat
Waktu:
Teori dan praktek 45 jam mata pelajaran dengan setiap mata pelajaran 45 menit. Dalam pelaksanaannya diatur oleh Kepala Sekolah, diberikan secara ekstra kurikuler atau dapat juga dalam masa liburan sekolah.
Tempat:
Kegiatan pelatihan diselenggarakan di ruang kelas, ruang UKS dan lapangan atau yang ditentukan oleh penyelenggara.

5. Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan pada:
  • Peserta pelatihan
  • Penyelenggara pelatihan
Tujuan evaluasi:
  • Mengetahui adanya peningkatan pengetahuan peserta didik sesudah pelatihan dibandingkan dengan sebelum pelatihan
  • Mengetahui keberhasilan pelatihan
  • Mendapatkan masukan dalam rangka penyempurnaan penyelenggaraan pelatihan dimasa yang akan datang.

6. Sertifikat
Setiap peserta yang telah mengikuti pelatihan Dokter Kecil diberikan sertifikat yang ditandatangani Ketua Tim Pembina UKS Kabupaten/Kota atau Pejabat berwenang di daerah. Pemberian sertifikat dilaksanakan pada hari-hari besar khusus, antara lain Hari Kesehatan Nasional, Hari Pendidikan Nasional, HUT Proklamasi RI, hari Anak Nasional, dll.

7. Biaya
Sumber dana dapat berasal dari Pemerintah Daerah atau Komite Sekolah/Swadaya.

8. Pelaporan
Laporan tertulis tentang penyelenggaraan pelatihan dibuat oleh Ketua Penyelenggara sebanyak minimal 3 rangkap, yaitu untuk:
  1. Tim Pembina UKS Kabupaten/Kota
  2. Tim Pembina UKS Kecamatan
  3. Arsip

Contoh Kurikulum Pelatihan Dokter Kecil  
No.
Materi Pelatihan
Waktu Pembelajaran
T
P
PL
Jumlah
A.
MATERI DASAR (MD)




1.
Program UKS
1
-
-
1
2.
Program Dokter Kecil
1
-
-
1
B.
MATERI INTI (MI)




1.
Kesehatan Lingkungan
• Lingkungan hidup manusia
• Rumah Sehat
• Air dan kesehatan
• Air limbah dan kesehatan
• Sampah dan kesehatan
• Kotoran manusia dan kesehatan  
2
8
-
10
2.
Pencegahan Penyakit Menular
• Pencegahan Penyakit Menular Langsung
• Pencegahan Penyakit Menular Bersumber Binatang  
3
3
-
6
3.
Kesehatan Gigi dan mulut
• Bagian gigi dan mulut
• Penyakit gigi dan mulut
• Pencegahan penyakit gigi dan mulut  
2
3
-
5
4.
Kesehatan Indera Penglihatan
• Menjaga kesehatan mata
• Pencegahan penyakit mata  
2
1
-
3
5.
Kesehatan Indera Pendengaran
• Menjaga kesehatan pendengaran
• Pencegahan gangguan pendengaran
dan Penyakit Telinga  
2
1
-
3
6.
Immunisasi
1
-
-
1
7.
Gizi
• Pengetahuan Gizi Dasar
• Kantin sekolah
• Pemantauan Pertumbuhan Peserta didik dengan KMS-Anak Sekolah  
3
4
-
7
8.
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)
1
3
-
4
9.
NAPZA
1
1
-
2
10.
Pemeriksaan Kesehatan Peserta
-
1
-
1
C.
MATERI PENUNJANG




1
Membangun komitmen belajar
1
1
-
2

JUMLAH
20
26
-
46
  Keterangan:
T   = Teori
P   = Penugasan
PL = Praktek lapangan
 
Sumber
  1. Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI, 2008, Pedoman Pelatihan Dokter Kecil.
 

Selamat Datang di Kelas Ibu Hamil

Arsip Blog

Tentang Kami

Jl Mangkusari No.4 Kutosari, Kec. Kebumen, Kebumen, Jawa Tengah, INDONESIA

Pengikut