Rabu, 23 Maret 2011

Asuhan Persalinan Normal (APN)

PENGANTAR

Tujuan Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah menjaga kelangsunga hidup untuk memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintregasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan terjaga pada tingkat yang diinginkan.
Asuhan Persalinan Normal harus diterapkan sesuai dengan standar asuhan bagi semua ibu bersalin di setiap tahap persalinan setiap pertolongan persalinan dimanapun hal tersebut terjadi.


LANGKAH-LANGKAH APN

Tahap Mengenali Gejala dan Tanda Kala II  
Langkah 1. Mengenali dan Melihat adanya tanda persalinan kala II Yang dilakukan adalah: tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda :
  • Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
  • Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada  rektum dan vaginanya.
  • Perineum menonjol .
  • Vulva vagina dan sfingter ani membuka.

Tahap Menyiapkan Pertolongan Persalinan .
Langkah 2. Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk  menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk resusitasi → tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk atau kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm diatas tubuh bayi.
  • Menggelar kain diatas perut ibu. Dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi.
  • Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
Langkah 3.  Pakai celemek plastik yang bersih.
Langkah 4. Melepaskan dan menyimpan semua periasan yang dipakai, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan  tangan dengan handuk pribadi yang kering dan bersih.
Langkah 5. Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk pemeriksaan dalam.
Langkah 6. Masukan  oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan disinfeksi  tinggkat tinggi atau steril.

Tahap Memastikan Pembukaan Lengkap Dan keadaan Janin Bayi.
Langkah 7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah di basahi air disinfeksi tingkat tinggi.
  • Jika Introitus vagina, perineum, atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan kasa dari arah depan ke belakang.
  • Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.
  • Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % → langkah 9.
Langkah 8.  Lakukan Periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
  • Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.
Langkah 9.  Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan korin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
Langkah 10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal.

Tahap Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu proses pimpinan meneran.
Langkah 11.Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
Langkah 12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk  meneran.
( pada saat adanya his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia merasa   nyaman ).
Langkah 13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk    meneran.
Langkah 14. Ajarkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

Tahap Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
Langkah 15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm meletakan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
Langkah 16. Meletakan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
Langkah 17. Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
Langkah 18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

Tahap Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi.
Lahirnya kepala.
Langkah 19. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakan tangan yang lain di kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala, menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan saat kepala lahir.
Langkah 20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika terjadi lilitan tali pusat.
  • Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
  • Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat didua tempat dan potong diantara kedua klem tersebut.
Langkah 21. menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran peksi luar secara spontan.Lahirnya Bahu
Langkah 22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tepatkan ke dua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya, dengan lembut menariknya kearah bawah dan kearah luar sehingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior. Lahirnya badan dan tungkai
Langkah 23. Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ketangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan tangan bagian bawah saat menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior saat bayi keduanya lahir.
Langkah 24. Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
( anterior ) dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangga saat punggung dan kaki lahir memegang kedua mata kaki bayi dan dengan hati – hati membantu kelahiran kaki.

Tahap Penanganan Bayi Baru Lahir.
Langkah 25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakan bayi diatas perut ibu di posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakan bayi di tempat yang memungkinkan).
Langkah 26. Segera mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.
Langkah 27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).
Langkah 28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik..
Langkah 29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntukan oksitosin 10 unit IM (Intara muskuler) 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
Langkah 30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat  bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem dari arah bayi dan memasang klem ke dua  2 cm dari klem pertama ke arah ibu.
Langkah 31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
  • Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan penguntungan tali pusat diantara dua klem tersebut.
  • Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
  • Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah disediakan.
Langkah 32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi   tengkurap didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
Langkah 33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi.

Tahap Penatalaksanaan Aktif  Persalinan Kala III.
Oksitosin
Langkah 34. Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
Langkah 35. Meletakan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus, memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
Langkah 36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang – atas ( dorso – kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas.
  • Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
Tahap Mengeluarkan Plasenta
37. Lakukan penegangnan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir, (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
  • Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
  • Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
(1).   Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
(2).   Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.
(3).   Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
(4).   Ulangi penegangna tali pusat 15 menit berikutnya.
(5).   Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual.
Langkah 38.  Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan menggunakan ke dua tangan, pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
  • Jika selaput ketuban robek, pakia sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
  • Rangsangan Taktil (Masase) Uterus.
Langkah 39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan Masase uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi ( Fundus menjadi keras).
  • Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase.
Tahap Menilai Perdarahan
Langkah 40. Memeriksa kedua sisi placenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plesenta kedalam kantung plastik atau tempat khusus.
Langkah 41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan penjahitan.

Tahap Melakukan Prosedur paska persalinan
Langkah 42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi  perdarahan pervaginam.
Langkah 43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
  • Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit bayi cukup menyusu dari satu payudara.
  • Biarkan bayi berada didada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
Langkah 44. Setelah 1 jam, lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, beri antibiotika salep mata pencegahan, dan vit K 1 mg IM di paha kiri anterolateral.
Langkah 45. Setelah 1 jam pemberian vit K berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral. Letakan bayi didalam jangkawan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan. Letakan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu 1 jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.

Tahap Evaluasi
Langkah 46. Lakukan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
1)  2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
2)  Setiap 15 menit pada 1 jam pertama paska persalinan.
3)  Setiap 20-30 menit pada jam kedua paska persalinan
4)  Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksanaan atonia uteri.
Langkah 47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
Langkah 48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
Langkah 49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama paska persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua paska persalinan.
  • Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama paska persalinan
  • Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
Langkah 50. Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk pastikan bahwa bayi bernapas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5 0C).
  • Jika bayi sulit bernapas, merintih atau retraksi, diresusitasi dan segera merujuk kerumah sakit.
  • Jika bayi napas terlalu cepat, segera dirujuk.
  • Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan bayi kulit kekulit dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut.
Tahap Kebersihan Dan keamanan
Langkah 51. Tempatkan semua peralatan dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
( 10 menit ), mencuci dan membilas peralatan setelah didekontaminasi.
Langkah 52. Buang bahan – bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.
Langkah 53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu untuk memakai pakaian yang bersih dan kering.
Langkah 54. Pastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memberikan ASI, menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
Langkah 55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan klorin 0,5% .
Langkah 56. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% membalikan bagian sarung tangan dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Langkah 57. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air yang  mengalir.

Tahap Pendokumentasian
Langkah 58. Lengkapi patograf (Halaman depan dan belakang, periksa tanda vital dan asuhan kala IV). ( APN 2008)

Related Posts by Categories



Widget by Hoctro | Jack Book

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang di Kelas Ibu Hamil

Tentang Kami

Jl Mangkusari No.4 Kutosari, Kec. Kebumen, Kebumen, Jawa Tengah, INDONESIA

Pengikut